SEJARAH SINGKAT
Bermula sekitar tahun 1954, usai
melaksanakan tugas di Makassar Personil TNI - Angkatan Darat yang tergabung di
dalam Kesatuan Yonif 330 Staff Divisi Siliwangi Teritorium III – 1, yang
kemudian menempati salah satu asrama di Dayeuhkolot.
Rupanya sebagian anggota dari kesatuan itu
berasal dari Manado dan Ambon, yang rata-rata beragama Kristen Protestan dan
Katolik, yang kemudian mengajukan permohonan agar diberi tempat untuk
beribadah. Sebagai jawaban dari kesatuan yang memang bertanggung jawab atas
pembangunan mental dan rohani anggotanya, kemudian memberikan sebuah barak
bekas dapur umum di dalam asrama untuk dijadikan tempat peribadatan, bagi
anggota yang beragama Kristen Protestan dan Katolik secara bergantian.
Setahun kemudian, nama kesatuan itu oleh
KODAM kemudian berubah dari Batalyon Infantri 330 Staff Divisi Siliwangi
Teritorium III – 1, dan ditetapkan dengan nama Batalyon Infanteri 330 Kujang I
KODAM VI / Siliwangi.
Pada tahun 1961 Pastor Paroki Santo Paulus
Bandung yaitu Romo F. Lubbers, OSC menetapkan gereja Santo Fransiskus Xaverius
Dayeuhkolot sebagai stasi dan menjadi bagian dari Paroki Santo Paulus Bandung,
yang selanjutnya pada tahun 1964 atas ijin dari Kesatuan, kemudian merenovasi
barak tempat ibadat itu menjadi gereja sederhana, gereja yang lebih layak.
Enam tahun berselang setelah gereja
ditetapkan menjadi stasi (tepatnya tahun 1967), pihak Kesatuan melalui Bapak
Yogi S Memed (Dan - Yon pada saat itu) secara resmi menyerahkan bangunan
berukuran 6 X 25 meter (barak bekas dapur umum) untuVk digunakan sebagai tempat
beribadat bagi Umat Kristen Protestan dan Katolik.
Pendeta Lessi sebagai wakil Umat Protestan
dan Bapak Triyono mewakili Umat Katolik disaksikan Bapak RPD Sutarto (Wakil
Dan-Yon) dan Romo F. Lubbers, OSC (Pastor Paroki) kemudian secara resmi
menerima dan sejak saat itu, bangunan digunakan untuk beribadat secara
bergantian.
Pada tahun 1985 Dewan Pastoral Stasi Gereja Santo Fransiskus Xaverius Dayeuhkolot terbentuk. Hal itu menjadi babak baru bagi Stasi Fransiskus Xaverius, untuk pertama kali memiliki Kepengurusan Stasi secara resmi. Dan pada saat itu juga, Gereja Santo Fransiskus Xaverius dibagi menjadi lima lingkungan, yang mencakup wilayah Kecamatan Buah Batu, Dayeuhkolot, Baleendah, Pameungpeuk dan Kecamatan Banjaran.
Pada tahun 1985 Dewan Pastoral Stasi Gereja Santo Fransiskus Xaverius Dayeuhkolot terbentuk. Hal itu menjadi babak baru bagi Stasi Fransiskus Xaverius, untuk pertama kali memiliki Kepengurusan Stasi secara resmi. Dan pada saat itu juga, Gereja Santo Fransiskus Xaverius dibagi menjadi lima lingkungan, yang mencakup wilayah Kecamatan Buah Batu, Dayeuhkolot, Baleendah, Pameungpeuk dan Kecamatan Banjaran.
Peristiwa pengalihan teritorial yang terjadi
ditubuh TNI – AD, yang mana personil Yonif 330 Kujang I KODAM III / Siliwangi
harus pindah untuk menempati tempat baru di Cicalengka, lalu asrama selanjutnya
akan digunakan personil Yon Zipur – 3 KODAM III / Siliwangi, rupanya sempat
menimbulkan kekhawatiran ditengah Umat Protestan dan Katolik.
Kekhawatiran itu timbul, pasca munculnya
kebijakan dari pihak kesatuan untuk merenovasi asrama, termasuk gedung gereja
(bekas dapur umum) juga akan dibongkar, lalu membangun barak baru di atasnya
untuk tempat tinggal anggota. Kekhawatiran umat adalah, akan kemana beribadat
jika rencana renovasi asrama direalisasikan.
Syukur kepada Allah, kekhawatiran umat
akhirnya terjawab, bahwa akan dibangun gedung gereja di atas tanah milik TNI –
AD, walau tanah itu sebenarnya berada di luar asrama.
Oktober 1995 bekas barak atau dapur umum
yang digunakan untuk beribadat kemudian dibongkar. Umatpun melakukan ibadat di
rumah secara bergantian, menunggu gedung gereja yang dimulai pembangunannya
pada akhir Oktober 1995 itu rampung.
Rupanya pembangunan gedung gereja yang
diharapkan bisa rampung dengan cepat, justru dihentikan dengan keluarnya
perintah lisan dari Komandan Yon Zipur-3, saat pembangunan fisik gereja sudah mencapai
75%. Peristiwa itu membuat seluruh umat menjadi gelisah, dan tidak tau apa yang
harus dilakukan.
Setahun setelah pembangunan gedung gereja
dihentikan, sekitar bulan Agustus 1997 Pengurus Dewan Stasi Santo Fransiskus
Xaverius Dayeuhkolot, mengajukan permohonan pinjam tempat kepada Pihak Yon
Zipur 3 untuk melakukan ibadat mingguan dengan alasan, misa dari rumah ke rumah
umat mulai mendapat kendala dari masyarakat setempat dimana ibadat itu
dilakukan.
Syukur kepada Allah, karena Pihak Yon Zipur
3 kemudian berbaik hati dan meminjamkan sebuah barak yang sangat sederhana
dengan ukuran 5 X 30 meter kepada umat Katolik untuk melaksanakan Misa
Mingguan. Sejak itu, umat tidak lagi melaksanakan Misa Mingguan dari rumah ke
rumah, melainkan menetap di sebuah barak di Kompi Markas Yon Zipur 3.
Sementara Misa Mingguan di barak kompi
markas terus berlangsung, upaya untuk mendapat peluang melanjutkan pembangunan
gedung gereja juga terus dilakukan. Tidak mudah memang, tetapi Pengurus DPS
bersama Pastor Pendamping terus bekerja tanpa henti walau dalam usaha dan upaya
berbagai rintangan terus menghadang.
Upaya untuk mendapat peluang meneruskan
pembangunan bukan hanya melalui pendekatan lembaga, tetapi juga menggunakan
bangunan gereja secara perlahan walau sekedar kegiatan yang bersifat non
liturgi, misalnya kegiatan olah raga “bulu tangkis”.
Mengetahui reaksi masyarakat sekitar
bangunan gereja menunjukkan respon yang positif ketika bangunan gereja
digunakan untuk berbagai kegiatan, lalu timbul keinginan untuk menggunakan
bangunan gereja dengan kegiatan yang bersifat liturgis.
Pastor pendamping Stasi Dayeuhkolot saat
itu, Romo Fabianus Muktiarso, Pr, bersama pengurs DPS sepakat untuk menggunakan
bangunan gereja dan hal itu diwujudkan dalam bentuk Misa Perdana. Peristiwa itu
terjadi sekitar bulan Desember 2001. Misa perdana pada saat itu dihadiri
sekitar 20 (dua puluh) orang umat, berjalan dengan khidmat sekalipun duduk di
lantai hanya beralaskan tikar.
Misa Perdana yang semula dikhawatirkan akan
menemukan rintangan, rupanya atas karunia dan penyertaan Tuhan segalanya
berjalan dengan lancar, dan berakhir dengan baik. Peristiwa itu kemudian
menumbuhkan kepercayaan diri diantara sesaman pengurus DPS Dayeuhkolot.
Berangkat dari peristiwa itu, kemudian Pastor pendamping dan Pengurus DPS
sepakat untuk melakukan misa sekali satu bulan dengan menggunakan gedung gereja.
Kegiatan Misa Minggu yang dilakukan satu
kali satu bulan di bangunan gereja kemudian diselingi dengan berbagai kegiatan
lainnya, antara lain Bina Iman Anak, Katekumen, Pertemuan Lingkungan, Latihan
Koor, Pelajaran Agama Katolik untuk siswa sekolah non katolik dan berbagai
kegiatan lainnya termasuk kegiatan Pengurus DPS, semakin ditingkatkan eskalasi
kegiatannya untuk lebih memperkenalkan gereja kepada masyarakat sekitar gedung
gereja.
Misa Minggu di bangunan gereja yang
dilakukan satu kali satu bulan, kemudian secara perlahan ditingkatkan menjadi
dua kali satu bulan, dan seterusnya menjadi setiap minggu. Dan sejak Misa Natal
2002 , Pastor Pendamping dan Pengurus DPS sepakat, gedung gereja yang belum
selesai kemudian digunakan untuk Misa setiap hari minggu.
Sejak saat itu hingga sekarang (baca
tahun-2018), seluruh kegiatan secara resmi dipusatkan di gedung gereja. Perlu
diketahui, Gereja Katolik Santo Fransiskus Xaverius Dayeuhkolot, adalah gereja
yang tidak akan pernah bisa terlepas dan akan selalu terkait dengan TNI -
Angkatan Darat.
Demikian sejarah singkat Gereja Katolik
Santo Fransiskus Xaverius Dayeuhkolot
Tidak ada komentar:
Posting Komentar