Jumat, 08 Juni 2018

GEREJA SANTO FRANSISKUS XAVERIUS DAYEUH KOLOT

SEJARAH SINGKAT

Bermula sekitar tahun 1954, usai melaksanakan tugas di Makassar Personil TNI - Angkatan Darat yang tergabung di dalam Kesatuan Yonif 330 Staff Divisi Siliwangi Teritorium III – 1, yang kemudian menempati salah satu asrama di Dayeuhkolot.

Rupanya sebagian anggota dari kesatuan itu berasal dari Manado dan Ambon, yang rata-rata beragama Kristen Protestan dan Katolik, yang kemudian mengajukan permohonan agar diberi tempat untuk beribadah. Sebagai jawaban dari kesatuan yang memang bertanggung jawab atas pembangunan mental dan rohani anggotanya, kemudian memberikan sebuah barak bekas dapur umum di dalam asrama untuk dijadikan tempat peribadatan, bagi anggota yang beragama Kristen Protestan dan Katolik secara bergantian.

Setahun kemudian, nama kesatuan itu oleh KODAM kemudian berubah dari Batalyon Infantri 330 Staff Divisi Siliwangi Teritorium III – 1, dan ditetapkan dengan nama Batalyon Infanteri 330 Kujang I KODAM VI / Siliwangi.

Pada tahun 1961 Pastor Paroki Santo Paulus Bandung yaitu Romo F. Lubbers, OSC menetapkan gereja Santo Fransiskus Xaverius Dayeuhkolot sebagai stasi dan menjadi bagian dari Paroki Santo Paulus Bandung, yang selanjutnya pada tahun 1964 atas ijin dari Kesatuan, kemudian merenovasi barak tempat ibadat itu menjadi gereja sederhana, gereja yang lebih layak.

Enam tahun berselang setelah gereja ditetapkan menjadi stasi (tepatnya tahun 1967), pihak Kesatuan melalui Bapak Yogi S Memed (Dan - Yon pada saat itu) secara resmi menyerahkan bangunan berukuran 6 X 25 meter (barak bekas dapur umum) untuVk digunakan sebagai tempat beribadat bagi Umat Kristen Protestan dan Katolik.

Pendeta Lessi sebagai wakil Umat Protestan dan Bapak Triyono mewakili Umat Katolik disaksikan Bapak RPD Sutarto (Wakil Dan-Yon) dan Romo F. Lubbers, OSC (Pastor Paroki) kemudian secara resmi menerima dan sejak saat itu, bangunan digunakan untuk beribadat secara bergantian.

Pada tahun 1985 Dewan Pastoral Stasi Gereja Santo Fransiskus Xaverius Dayeuhkolot terbentuk. Hal itu menjadi babak baru bagi Stasi Fransiskus Xaverius, untuk pertama kali memiliki Kepengurusan Stasi secara resmi. Dan pada saat itu juga, Gereja Santo Fransiskus Xaverius dibagi menjadi lima lingkungan, yang mencakup wilayah Kecamatan Buah Batu, Dayeuhkolot, Baleendah, Pameungpeuk dan Kecamatan Banjaran.

Peristiwa pengalihan teritorial yang terjadi ditubuh TNI – AD, yang mana personil Yonif 330 Kujang I KODAM III / Siliwangi harus pindah untuk menempati tempat baru di Cicalengka, lalu asrama selanjutnya akan digunakan personil Yon Zipur – 3 KODAM III / Siliwangi, rupanya sempat menimbulkan kekhawatiran ditengah Umat Protestan dan Katolik.

Kekhawatiran itu timbul, pasca munculnya kebijakan dari pihak kesatuan untuk merenovasi asrama, termasuk gedung gereja (bekas dapur umum) juga akan dibongkar, lalu membangun barak baru di atasnya untuk tempat tinggal anggota. Kekhawatiran umat adalah, akan kemana beribadat jika rencana renovasi asrama direalisasikan.

Syukur kepada Allah, kekhawatiran umat akhirnya terjawab, bahwa akan dibangun gedung gereja di atas tanah milik TNI – AD, walau tanah itu sebenarnya berada di luar asrama.

Oktober 1995 bekas barak atau dapur umum yang digunakan untuk beribadat kemudian dibongkar. Umatpun melakukan ibadat di rumah secara bergantian, menunggu gedung gereja yang dimulai pembangunannya pada akhir Oktober 1995 itu rampung.

Rupanya pembangunan gedung gereja yang diharapkan bisa rampung dengan cepat, justru dihentikan dengan keluarnya perintah lisan dari Komandan Yon Zipur-3, saat pembangunan fisik gereja sudah mencapai 75%. Peristiwa itu membuat seluruh umat menjadi gelisah, dan tidak tau apa yang harus dilakukan.

Setahun setelah pembangunan gedung gereja dihentikan, sekitar bulan Agustus 1997 Pengurus Dewan Stasi Santo Fransiskus Xaverius Dayeuhkolot, mengajukan permohonan pinjam tempat kepada Pihak Yon Zipur 3 untuk melakukan ibadat mingguan dengan alasan, misa dari rumah ke rumah umat mulai mendapat kendala dari masyarakat setempat dimana ibadat itu dilakukan.

Syukur kepada Allah, karena Pihak Yon Zipur 3 kemudian berbaik hati dan meminjamkan sebuah barak yang sangat sederhana dengan ukuran 5 X 30 meter kepada umat Katolik untuk melaksanakan Misa Mingguan. Sejak itu, umat tidak lagi melaksanakan Misa Mingguan dari rumah ke rumah, melainkan menetap di sebuah barak di Kompi Markas Yon Zipur 3.

Sementara Misa Mingguan di barak kompi markas terus berlangsung, upaya untuk mendapat peluang melanjutkan pembangunan gedung gereja juga terus dilakukan. Tidak mudah memang, tetapi Pengurus DPS bersama Pastor Pendamping terus bekerja tanpa henti walau dalam usaha dan upaya berbagai rintangan terus menghadang.

Upaya untuk mendapat peluang meneruskan pembangunan bukan hanya melalui pendekatan lembaga, tetapi juga menggunakan bangunan gereja secara perlahan walau sekedar kegiatan yang bersifat non liturgi, misalnya kegiatan olah raga “bulu tangkis”.

Mengetahui reaksi masyarakat sekitar bangunan gereja menunjukkan respon yang positif ketika bangunan gereja digunakan untuk berbagai kegiatan, lalu timbul keinginan untuk menggunakan bangunan gereja dengan kegiatan yang bersifat liturgis.

Pastor pendamping Stasi Dayeuhkolot saat itu, Romo Fabianus Muktiarso, Pr, bersama pengurs DPS sepakat untuk menggunakan bangunan gereja dan hal itu diwujudkan dalam bentuk Misa Perdana. Peristiwa itu terjadi sekitar bulan Desember 2001. Misa perdana pada saat itu dihadiri sekitar 20 (dua puluh) orang umat, berjalan dengan khidmat sekalipun duduk di lantai hanya beralaskan tikar.

Misa Perdana yang semula dikhawatirkan akan menemukan rintangan, rupanya atas karunia dan penyertaan Tuhan segalanya berjalan dengan lancar, dan berakhir dengan baik. Peristiwa itu kemudian menumbuhkan kepercayaan diri diantara sesaman pengurus DPS Dayeuhkolot. Berangkat dari peristiwa itu, kemudian Pastor pendamping dan Pengurus DPS sepakat untuk melakukan misa sekali satu bulan dengan menggunakan gedung gereja.

Kegiatan Misa Minggu yang dilakukan satu kali satu bulan di bangunan gereja kemudian diselingi dengan berbagai kegiatan lainnya, antara lain Bina Iman Anak, Katekumen, Pertemuan Lingkungan, Latihan Koor, Pelajaran Agama Katolik untuk siswa sekolah non katolik dan berbagai kegiatan lainnya termasuk kegiatan Pengurus DPS, semakin ditingkatkan eskalasi kegiatannya untuk lebih memperkenalkan gereja kepada masyarakat sekitar gedung gereja.

Misa Minggu di bangunan gereja yang dilakukan satu kali satu bulan, kemudian secara perlahan ditingkatkan menjadi dua kali satu bulan, dan seterusnya menjadi setiap minggu. Dan sejak Misa Natal 2002 , Pastor Pendamping dan Pengurus DPS sepakat, gedung gereja yang belum selesai kemudian digunakan untuk Misa setiap hari minggu.

Sejak saat itu hingga sekarang (baca tahun-2018), seluruh kegiatan secara resmi dipusatkan di gedung gereja. Perlu diketahui, Gereja Katolik Santo Fransiskus Xaverius Dayeuhkolot, adalah gereja yang tidak akan pernah bisa terlepas dan akan selalu terkait dengan TNI - Angkatan Darat.


Demikian sejarah singkat Gereja Katolik Santo Fransiskus Xaverius Dayeuhkolot

Tidak ada komentar:

Posting Komentar